Posted by : Unknown Juli 24, 2013

Berbicara Indonesia tidak mungkin menafikan kebhinekaan. Kepulauan nusantara kita sejak lama merupakan tempat persinggungan antar kultur, ras dan agama yang berbeda. Jika merunut ke belakang mulai dari kejayaan kerajaan sriwijaya, majapahit, kerajaan-kerajaan islam sampai terbentuknya NKRI, persinggungan antar kultur dan perbedaaan keyakinan menghiasi sejarah kepulaun nusantara. Nenek moyang mewarisi tradisi keramahan dan kesantunan terhadap sesama.

“Keramahan dan kesantunan merupakan identitas bangsa kita dan harus tetap terpelihara agar kita tidak menjadi generasi yang dicap melupakan identitasnya sendiri,” demikian yang disampaikan Ketua Pelaksana Abdul Azis, di Jakarta, Jumat (19/7/2013).

Menurut Azis, Identitas bangsa pada hakekatnya merupakan manifestasi nilai-nilai budaya yang tumbuh dan berkembang dalam aspek kehidupan suatu bangsa, dengan ciri-ciri khas yang membedakan suatu bangsa dengan bangsa lain dalam kehidupannya. Berdasarkan pengertian yang demikian, lanjut Azis, maka setiap bangsa di dunia memiliki identitas sendiri-sendiri sesuai dengan keunikan, sifat, ciri-ciri serta karakter dari bangsa tersebut.

“Identitas bangsa sangat ditentukan oleh proses bagaimana bangsa tersebut terbentuk secara historis. Identitas bangsa berhubungan dengan pengalaman sebuah bangsa di masa lalu,” ujar dia.

Dijelaskan dia, pengalaman bangsa di masa lalu mengendap menjadi karakter, sifat, dan nilai-nilai hidup bersama. Berdasarkan hakikat pengertian identitas bangsa sebagaimana dijelaskan di atas maka identitas suatu bangsa tidak dapat dipisahkan dengan jati diri bangsa. Fungsi identitas bangsa sebenarnya untuk mewujudkan integrasi nasional.

“Penerimaan akan identitas sebagai faktor perekat membuat pondasi berbangsa dan bernegara menjadi semakin kokoh. Kita sebagai umat islam yang kenyataannya mayoritas memiliki tanggung jawab terhadap kualitas bangsa yang akhir-akhir ini tidak terlalu menggembirakan,” cetus dia.

Dikatakan dia, Islam yang ingin kita tampilkan dalam hal ini adalah islam yang sesuai dengan konteks keindonesiaan hari ini. Islam yang kita inginkan adalah islam yang dapat menyelesaikan realitas ke Indonesiaan, bukan islam yang telah bercampur dengan kultur arab atau sebaliknya islam yang telah terjajah identitasnya dengan budaya pop barat.

“Intelektual islam semenjak awal telah memperingatkan kita bahwa keimanan, kebhinekaan dan ke-Indonesian harus seiring sejalan untuk mensejahterakan semua anak umat,” terang dia.

Lebih lanjut, ia menyatakan Universalitas islam sebagaimana tertuang secara normative dalam qur’an dan sunnah harus dapat diselaraskan dengan partikularitas ke-Indonesiaan. Sebagaimana Syafii Maarif mengingatkan kita bahwa Islam yang mau dikembangkan di Indonesia adalah islam yang ramah, terbuka, inklusif, dan mampu memberikan solusi terhadap masalah-masalah besar bangsa dan negara. Islam yang dinamis dan bersahabat dengan lingkungan kultur, sub kuktur dan agama kita yang beragam. Islam yang memberikan keadilan, kenyamanan, keamanan dan perlindungan kepada semua orang yang berdiam di nusantara tanpa diskriminasi, apapun agama yang diikuti dan tidak diikutinya.

“Islam yang sepenuhnya berpihak kepada rakyat miskin. Islam Indonesia yang kita rasakan hari ini adalah umat yang “kaya” secara mayoritas tetapi “miskin” secara kualitas. jangankan menebar rahmat kepada seluruh muka bumi mendidik internal umat yang centang perenang saja kita masih kalang kabut,” ungkap dia.

Dia menambahkan, ada tanggung jawab historis yang membebani umat islam untuk memajukan umat islam khususnya dan bangsa negara serta kemanusiaan universal pada umumnya. Diperlukan upaya yang serius dan berkesinambungan dalam menggapai asa untuk kemajuan islam dan negara di tengah kebhinekaan bangsa kita.

“Islam maju, bangsa dan negara maju, islam indonesia tak berkualitas, maka cita-cita kemajuan masih jauh dari harapan,” pungkas Azis.

Berangkat dari permasalahan di atas, maka Dewan Pimpinan Pusat Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah (DPP IMM) dan Pengurus Besar Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia (PB PMII) akan mengupas tuntas dalam acara Konferensi Mahasiswa dan Pelajar Islam Se-Indonesia bertema ‘Mendialogkan Islam, Kebangsaan dan Kepemimpinan Nasional’ yang akan di gelar hari Sabtu-Ahad, 20-21 Juli 2013 di Hotel Gren Alia Prapatan Kwitang Jakarta Pusat.

Seperti diketahui, peserta yang akan hadir pada kegiatan itu adalah masing-masing 2 (dua) orang utusan organisasi kemahasiswan dan pelajar islam tingkat pusat dan organisasi kemahasiswan dan pelajar islam tingkat daerah yang tidak memiliki keterwakilan tingkat pusat. Berikut organisasi peserta kegiatan sebagai berikut :

1. Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia (PMII), Penyelenggara
2. Ikatan Mahasiswa Muhammadiayah (IMM), Penyelenggara
3. Himpunan Mahasiswa Islam (HMI)
4. Kesatuan Aksi Mahasiswa Islam Indonesia (KAMMI)
5. Pelajar Islam Indonesia (PII)
6. Ikatan Pelajar Nahdhatul ‘Ulama (IPNU)
7. Ikatan Pelajar Putri Nahdlatul ‘Ulama (IPPNU)
8. Ikatan Pelajar Muhammadiyah (IPM)
9. Gema Pembebasan
10. Himpunan Mahasiswa Persis (HIMMA Persis)
11. Himpunan Mahasiswa Al Irsyad
12. Himpunan Mahasiswa PUI
13. Himpunan Mahasiswa Ittihadiyah
14. Ikatan Mahasiswa Hidayatullah (Kalimantan)
15. Himpunan Mahasiswa Matlaul Anwar – Banten
16. Arabithah Al-Alawiyah
17. Himpunan Mahasiswa Perti – SUMBAR
18. Mahasiswa PITI
19. Himpunan Mahasiswa Nahdhatul Wathon – NTB
20. Himpunan Mahasiswa Alwashliyah – SUMUT
21. Himpunan Mahasiswa Al Khairot – SULTENG
22. Koordinator Nasional Lembaga Dakwah Kampus
23. Perwakilan Mahasiswa Syi’ah

Sumber : Berita9

2 komentar

Sebelum Berkomentar Mohon Patuhi Peraturan Berikut :

-Berkomentarlah yang sopan
-Jangan berkata yang dilarang/Kotor.
-Gunakanlah Google Acc / Name /URL , Usahakan Tidak memakai Anonym
-Dilarang Spam , Sara , Floods.
-Dilarang Chat Yang Berbaur Porno.
-Tidak menaruh live link, jika melarang akan saya hapus permanen.

Salam,Admin Lanz EXCLUSIVE

Terima Kasih.

- Copyright © 2013 Exclusive Blog - Powered by Blogger - Designed by Johanes Djogan - Modified by AlamsyahJN